Di
dalam Antologi Puisi : Aku Burung dan Kau Pisau yang Berputar
1
hari
itu: rambutmu tak akan lagi berkibar, mungkin cintamu pun
telah
pudar
aku
hanyalah kumpulan pasir, butiran-butiran kecil mimpi yang tak
sampai
2
betapa
bahagianya selalu memiliki kenangan
3
tetapi,
pada akhirnya, adalah rindu yang telah membuat langkahnya
berpaling
jua
4
di
langit pelangi masih tersenyum kepada tuhan
5
kulihat
jelas relief senyum bertulis bahagia di wajahmu
dan
tulisan itu pun perlahan muncul menghiasi wajahku
…. ,
demi tulisan di wajahmu aku berharap
:
kokohkan selalu senyum itu –untuk burungburung dan
pelangi
di jantung pintu;
6
menantikanmu
serupa menjerang sebelanga air dengan
matahari;
tak jelas berapa banyak sudah butirbutir keringatku yang
jatuh
menetes: setiap tetes demi tetes selalu aku teliti, barangkali—
dalam
pencarianku, dalam penantian itu, aku akan melihat kamu.
7
sekian
jauh tetes keringatku yang jatuh menantimu
berlayar
sendiri, kini tetesan itu menjadi bening air
yang
memupuk tunas jiwa dan cintamu dalam dirimu
8
bersamaku
kamu akan melangkah. dalam
tiap-tiap
jalan dan aliran waktu, mengemudi biduk menghadapi
godaan
dan terpaan yang menerjang menderu. tapi, demi hati kita
harus
berani bertaruh, bertahan, dan maju
9
cinta
menjadikan mungkin, bahkan kepahitan
hidup
terasa lebih manis; lebih mabuk.
10
jangan
cemas terhadap hujan sebab kita adalah ikan. jangan
cemas
terhadap ketinggian sebab nyala kasih kita adalah sayap yang
akan
membawa kita terbang; menatap indah alam-alam dan nyala
warna-warni
bunga di taman serta hutan.
11
cinta
memang absurd, tapi tak penting kita memikirkan
segala
hal dengan benar. suatu pagi, aku ingin terbangun dengan
menatapmu
di sampingku.
12
kamu.menangis,
kamu tertidur, kamu tertawa, kamu bersedih, kamu
tersenyum,
kamu pergi, kamu terbang, kamu berenang menjadi
ikan,
kamu menjadi bunga, kamu menanti, kamu pecah, dirimu berderai ke udara, menjadi
uap menjadi embun, menjadi beku, menjadi segalanya,
menjadi
ratu, menjadi burung, menjadi putri, menjadi duyung,
menjadi
apa, menjadi apapun… apa pun aku di sampingmu, alin.
13
aku
melihatmu tapi kau tak dapat melihat
14
percik-percik
kenangan. sekerat duka dan tawa yang tersisa. kau
telah
lenyap bersama waktu yang menguap. sayap dan cahayamu
tiada
lagi aku lihat. aku pernah melihatmu di sini, tapi kau tak
pernah
bisa melihatku.
15
pelangi
di malam hari, terasa indah sekali
16
debar
rindu itu bergetar, cinta paling kuasa di dalam dada
17
semoga
bisa jatuh hati setiap hari, saling sayang dan cinta sepanjang masa,
sepanjang
hati bisa.
18
maka
sayangilah apa yang ada
19
aku
pisau yang berputar, terbang dan siap menghujam
apiku
nyala, lidahku lancip kata, dan pelukku mesra cinta.
20
hanya
untuk satu hari, untuk kamu aku sayangi
21
kita
pernah belajar diam, kita pernah belajar kesusahan. namun kita
tak
pernah belajar untuk siap menghadapi perpisahan.
22
apalah
artinya keindahan dan kesenangan bila akan ada
hati
yang terpisahkan? bila tiada bahagia kita dapatkan?
23
bila
nanti kau membuka mata –kepompongmu pecah- dan kau
mendapati
nyawaku tiada, maka pahamilah hatiku ini. aku yang
selalu
sayang kamu. sesungguhnya, aku ingin kita bisa bersama lagi
walau
hanya satu hari.
………………
24
masa depan dan harapan adalah taruhan hidup yang kejam
25
angin
tibatiba menampar daun
yang lemah pasti akan gugur
26
dan
angin itu masih berlayar
mengirim
salam risau mencari kabar
walau tak akan habis derita didengar
27
belajarlah menghargai pada setiap kehilangan
28
mawar
yang indah pun punya duri
bukan
tujuan melukai tapi demi melindungi
bila
tak sebab sayang maka ibu tak akan pergi
29
kepada
anakku, belajarlah menghargai setiap yang terjadi
30
menjadi
lelaki haruslah berani
siap
susah dan mampu redam nestapa
31
lelaki
itu meredam kepedihan
keterlukaan
sarapan dihatinya
hingga
ia berkawan pada pedih itu
hingga
tawar percuma luka itu
32
lelaki
itu pembawa kebahagian
yang
ia tabur pada tanah kesedihan
33
hai
pohonpohon yang teduh
lindungi
raga rapuhnya dari ganasnya cinta
agar
ia tidak menjadi abu
34
hai
sungai yang mengalir
satukan
tangisnya dalam arusmu
agar
tak lagi menetes sedih hatinya
35
ayuhai
taman tersiram hujan
hibur
lirih hatinya akan indahmu
sebab
lumpuh telah mencuri bebasnya
hingga
ia cuma sanggup memandang
36
duhai
hati yang mendengar
kuhanya
mampu kirim doa
sebab
harta-Nya tiada dapat aku beli
37
debu
terkibas angin; terpental tak berarti
maratah
tulang sendiri: rasanya sakit hati
38
pagi
telah pergi tiada berarti; sisa hidup penuh caci dan benci
malam
gelap penuh duri; tiada yang lebih gelap lagi
39
berkibar
dingin dan keteduhan; meresap cinta dan
kebanggaan,
ia mati dalam perlawanan; perjuangan
40
dalam
doaku, kepada pemimpin yang baik semoga diberkati
sedang
kepada yang tak berhati: pisau tuhan paling mata
41
Puisi
bagi Penyair
aku
burung dan kau sayapku
aku
layar dan kau perahuku
42
berlayarlah
… melajulah ….
jangan
takut melihat badai
sebab
kita adalah lautan
43
kau
cinta yang telaga, gadis cerlang purnama
44
kau
senja yang pesona
aku
bunga mekar di dada
45
jarak
telah jauh ditinggalkan; luka telah nganga hingga kapalan dirasakan
derita
telah dipatahkan hanya kepada cinta ia mekarkan
46
bersabarlah
menjalani hidupmu kini, dalam penderitaan; ketakberdayaan
terkadang
cinta dan ketulusan justru akan lebih mudah hadir untuk kau temukan
47
tak
selamanya gelap akan menyelimuti raya
hidup
adalah perjalanan, juga permainan
48
dalam
ketakberdayaan; kesusahan
akan
lebih mudah kau resapi kehidupan
akan
lebih mudah kau dapatkan ketulusan
akan
hadir indah hidup yang kau nantikan
49
sejenak
resapilah hidupmu. kelak dimasa datang
andai
engkau sanggup bersabar dan bertahan,
semua
derita dan ketidakadilan yang kau rasakan
sesungguhnya
adalah lelucon untuk kau tertawakan
karena,
aku pernah menjadi burung sepertimu
50
burungku
senang sekali hidup di zaman ini, zaman di mana saudara
sebangsanya
selalu mati setiap hari; di mana burungburung selalu
diburu
tak pernah henti
51
alangkah
syahdu dan cantiknya ketulusan
52
selengkung
senyum, selalu akan ada harapan dan kebahagiaan
52
dalam
jarak dan kerinduan: menghujan airmata
hanyalah
sesak yang tak dapat terkata
53
ada
yang tak bisa terkatakan, semacam rasa riang
semacam
bahagia yang meletup tapi tersedak tertahan
54
banyak
cinta yang terabaikan dalam senang. berpayah dan bersusah,
hanyalah
untuk bagian cinta yang hilang; yang terasing dan diabaikan
55
betapa
tidak hati menghujan airmata
bila
merindukan kenangan dan jauh keluarga yang terpisah
56
puisi
sesungguhnya lembut bagaikan bibir seorang wanita
puisi
adakalanya tajam bagaikan pisau yang menyayat hingga
berdarah
57
puisi
adalah kasih adalah benci
puisi
adalah peluru adalah perahu
58
puisi
adalah sakit yang mewakilkan
adalah
wakil yang menyampaikan
juga
cinta yang memberikan; kata yang merelakan
59
di
dalam jiwa pena, puisi adalah kata segala jelma, yang digoreskan
oleh
mata yang mencintainya
60
andaikan
tak ada kesedihan; tak ada pedih lara;
dunia
indah bertabur bahagia, lalu burungburung bersuka ceria
apakah
lagi yang hendak diburu?
61
andaikan
tak ada kesedihan; tak ada pedih lara;
dunia
bahagia bertabur suka, lalu orangorang bersuka ceria
untuk
apa lagi sakit dan kebencian?
62
andaikan
tak ada kesedihan; tak ada pedih lara;
dunia
bersuka penuh warna, lalu anakanak ceria bernyanyi—menari
apakah
masih hendak menumpahkan tangis dan darah?
63
kasihi
dan sayangilah anak impian kita
64
segala
punya makna bahkan walau tak bernama
65
suatu
persahabatan yang indah, mampu merinaikan penuh banyak kisah
66
seribu
bidadari hadir di sini, masih lebih baik andaikan sahabat sejati yang menemani
67
adalah—sebuah
rasa, bersaudara: satu adalah seluruh; seluruh adalah satu
68
mengapa
ada orang yang tidak suka bersama? barangkali adalah ambisi, benci atau dengki.
tapi kami adalah burungburung yang terhormat, yang lebih riang bila bersama;
bila berdekat, bersahabat
69
segala
cerita adalah sebab rasa. barangkali juga, rasa adalah sebab dari segala cerita
70
ada
cerita di dalam rasa, ada rasa di dalam cerita
71
terkadang
dunia bukanlah tempat yang indah untuk burung yang tak berpunya
72
rasa
yang dingin sehabis hujan, maka beruntunglah mereka yang
bisa pulas rebah mengukir senyum berselimut hangat
73
kenanglah
bumi sebelum engkau pergi ke langit.
kenanglah
setitik air sebelum engkau menjadi lautan
kenanglah
kebersamaan sebelum tiba kepergian
kenanglah aku bila engkau sungguh ingin pergi
74
kenanglah
cinta sebelum tiba bencimu
kenanglah
senyum bila datang amarahmu
kenanglah
tangis bila datang sedihmu
kenanglah hujan dalam panasmu
75
kenanglah
yang terjadi sebab ia pasti akan pergi
kenanglah
semua cinta yang pernah singgah
kenanglah
kebersamaan yang pernah ada
kenanglah
sedih yang pernah terjadi
kenanglah
duka dalam cinta
kenanglah
apa yang pernah tercipta
kenanglah ada sebelum tiada
76
tapi,
sebelum mengenang semua itu
marilah kita mendirikan sayang
77
terkadang,
arah angin memang dapat dibaca, namun, terkadang
pula
tak selalu sesuai kira. adakalanya gelombang yang datang
ternyata
lebih kencang sehingga dapat membuat angin bergeser
haluan : menyimpang dari perkiraan
78
beberapa
tahun telah berlalu, banyak sudah nasib waktu yang tandas di bibir gelas
79
lintang
pahit kehidupan, sakit pedih yang meresap, janganlah
terputus
patah semangat
80
burungburung
yang cacat, burungburung tanpa sayap, ada cinta yang walau
setitik
tak pernah pergi dalam hidup; yang menyayangimu. mungkin tuhanmu,
mungkin
ibu-ayahmu, mungkin sesiapamu, mungkin pula impianimpianmu
81
burungburung
yang kekurangan, hiduplah selalu dengan segala harapan baikmu
suatu
harapan yang baik, laksana cahaya yang menyala dalam gelap kehidupan
82
kau
adalah lidahku untuk bicara
kau
adalah cintaku dalam kata
kau
adalah sayapku untuk mengudara
kau
adalah segala risauku yang tertumpah
kau adalah pisau terindah dalam luka
83
ketika
datang fajar yang baru
menangislah
kita bersama
melupai segala kata
mencari senyum yang tak ada
84
hanya
tangis dan senyum
di dalam sepi
85
tumbuhlah
engkau menjadi kata yang baik; kata yang punya
cinta
dan rasa, yang punya hati dan kasih. tolonglah orangorang
dipersimpangan
lelah. bantu dan doakanlah burungburung yang
susah. jadilah engkau kata yang sebenarnya kata, tumbuhlah
anakku.
SEKIAN
#