Senin, 08 Agustus 2011

Puisipuisi Syafriansyah, 2009

MEKARLAH BUNGAKU

terkuncup kuntum ia dahulu
melindung sari diterpa bayu
datanglah sudah banyak perayu
tetaplah tidak ia terganggu

maka bungaku jadilah engkau bunga
bermekarlah kisah kasih indah merona
jaga digjaya loka puspa warna
jadikan elok mulia jiwa terjaga

ayuhai engkau bunga kami

jauhi jalan lisan tersesat
agarlah kembangmu tidak tercacat
mekarlah kala musim tertepat
akan kami nanti selalu sempat

bila hujan tak sempat turun
akan selalu kami menyirammu
nanti kelopakmu merekah anggun
ramarama menari menunggu waktu

bilakah masa kuncup bermekar
tolong menjauh wahai belukar
bukan kami bersifat kasar
bunga kami punya tempat bersandar

kami menari menunggu waktu

( Sekayu, 2009 )Herdoni Syafriansyah


DAMAILAH DALAM DOAKU

hai kerlip kunang
jadilah penunjuk arah kala ia tersesat dipukau gelap

hai kerlip kunang
meski kerlip dan redup kupercaya ia akan melihatmu

hai pohonpohon yang teduh
lindungi raga rapuhnya dari ganasnya cinta
agar ia tidak menjadi abu

hai sungai yang mengalir
satukan tangisnya dalam arusmu
agar tak lagi menetes sedih hatinya

ayuhai taman tersiram hujan
hibur lirih hatinya akan indahmu
sebab lumpuh telah mencuri bebasnya
hingga ia cuma sanggup memandang

duhai hati yang mendengar
kuhanya mampu kirim doa
sebab harta-Nya tiada dapat aku beli

( Sekayu, 2009 )



KETIADAAN

Tuhan, ada dua kutukan dariMu yang paling roh dan raga ini takutkan :

/1/
kehilangan pakaian pelindung yang memberi nafkah pada kulitku di saat wujudnya berupa lembut dan rapuh

/2/
bila hati orangorang terdekatku mengusir cintaku dari rumah suci mereka, hingga ia terhina meratap lara

aku bahagia dalam hidupku, namun aku akan mati perlahan bila sebilah saja di antara kutukan itu datang menggorok ketiadaan kami…
hingga aku terjatuh hilang terbenam dalam lumpur derita dan menjadi seonggok mayat abadi yang hidup kekal bersama sedih dan sesalku atas sang waktu.

(Sekayu 2009 )
Herdoni Syafriansyah



SENJA YANG TERSENYUM

deras angin menggerai hujan
memaksa menari baris pepohonan
riuh air menumpahi kelopak jalan
mengisi isi relung tak bertuan

aku berdiri di tiang gelombang
menerpa angin tak sejalan
mencari tudung tempat berlindung
namun tiada jua kudapatkan

lihat kaki lihat tangan
semua teriris penuh goresan
adakah engkau wahai kawan
terasa rasa yang kurasakan

kini aku sedang berjuang
perjuangkan cinta juga impian
boleh jadi satu terbuang
asal satu terus berjalan

(Sekayu, 2009)




SUNGAIKU

ia mengalir laiknya senandung
dalam dingin yang tak berukur
ratusan bahkan seterusnya purnama
tak jua membuat ia terjaga
entah kemana ia akan berlabuh

telah kucoba ‘tuk membendungnya
namun kutak tahu kemana ia akan mengarah

sungaiku
ingin aku menyatu
tenggelam di dasar hatimu
namun kutakut mati karenanya
ku ingin kau tenangkan airmu
cobalah jinakan gelombangmu
dan biarkan aku merengkuhmu
walaupun hanya
dalam dekapan yang tak nyata

( Sekayu, 2009 ) Herdoni Syafriansyah



MENDAKI LANGIT

Hitam langit senja gerimis
pekat dan menyesakkan
dalam bayang tak berbentuk
kutelan pahitnya udara ini

aku merapuh tak berujar
aku meraba ini otakku
mengapa ia begitu kusut
perlahan warna pun mengerdip
warna pun perlahan meredup
semakin redup
semakin samar olehku

aku tak mau kau mendekapku
maka akhiri… lepaskan aku
ku tak ingin mati terjamah olehmu
maka lepaslah biar kupergi
biarku titih jutaan buih dan
biarkan aku mendaki tubir langit
akan kulukis indah senja ini
hilangkan pekat dalam sesaknya
bila nanti

( Sekayu, 2009 )
Herdoni Syafriansyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayolah.. tak perlu sungkan untuk berkomentar. Saya terbuka pada kritik, saran, pun bahkan sekedar hinaan. Salam...