MEKARLAH BUNGAKU
terkuncup kuntum ia dahulu
melindung sari diterpa bayu
datanglah sudah banyak perayu
tetaplah tidak ia terganggu
maka bungaku jadilah engkau bunga
bermekarlah kisah kasih indah merona
jaga digjaya loka puspa warna
jadikan elok mulia jiwa terjaga
ayuhai engkau bunga kami
jauhi jalan lisan tersesat
agarlah kembangmu tidak tercacat
mekarlah kala musim tertepat
akan kami nanti selalu sempat
bila hujan tak sempat turun
akan selalu kami menyirammu
nanti kelopakmu merekah anggun
ramarama menari menunggu waktu
bilakah masa kuncup bermekar
tolong menjauh wahai belukar
bukan kami bersifat kasar
bunga kami punya tempat bersandar
kami menari menunggu waktu
( Sekayu, 2009 )Herdoni Syafriansyah
DAMAILAH DALAM DOAKU
hai kerlip kunang
jadilah penunjuk arah kala ia tersesat dipukau gelap
hai kerlip kunang
meski kerlip dan redup kupercaya ia akan melihatmu
hai pohonpohon yang teduh
lindungi raga rapuhnya dari ganasnya cinta
agar ia tidak menjadi abu
hai sungai yang mengalir
satukan tangisnya dalam arusmu
agar tak lagi menetes sedih hatinya
ayuhai taman tersiram hujan
hibur lirih hatinya akan indahmu
sebab lumpuh telah mencuri bebasnya
hingga ia cuma sanggup memandang
duhai hati yang mendengar
kuhanya mampu kirim doa
sebab harta-Nya tiada dapat aku beli
( Sekayu, 2009 )
KETIADAAN
Tuhan, ada dua kutukan dariMu yang paling roh dan raga ini takutkan :
/1/
kehilangan pakaian pelindung yang memberi nafkah pada kulitku di saat wujudnya berupa lembut dan rapuh
/2/
bila hati orangorang terdekatku mengusir cintaku dari rumah suci mereka, hingga ia terhina meratap lara
aku bahagia dalam hidupku, namun aku akan mati perlahan bila sebilah saja di antara kutukan itu datang menggorok ketiadaan kami…
hingga aku terjatuh hilang terbenam dalam lumpur derita dan menjadi seonggok mayat abadi yang hidup kekal bersama sedih dan sesalku atas sang waktu.
(Sekayu 2009 )
Herdoni Syafriansyah
SENJA YANG TERSENYUM
deras angin menggerai hujan
memaksa menari baris pepohonan
riuh air menumpahi kelopak jalan
mengisi isi relung tak bertuan
aku berdiri di tiang gelombang
menerpa angin tak sejalan
mencari tudung tempat berlindung
namun tiada jua kudapatkan
lihat kaki lihat tangan
semua teriris penuh goresan
adakah engkau wahai kawan
terasa rasa yang kurasakan
kini aku sedang berjuang
perjuangkan cinta juga impian
boleh jadi satu terbuang
asal satu terus berjalan
(Sekayu, 2009)
SUNGAIKU
ia mengalir laiknya senandung
dalam dingin yang tak berukur
ratusan bahkan seterusnya purnama
tak jua membuat ia terjaga
entah kemana ia akan berlabuh
telah kucoba ‘tuk membendungnya
namun kutak tahu kemana ia akan mengarah
sungaiku
ingin aku menyatu
tenggelam di dasar hatimu
namun kutakut mati karenanya
ku ingin kau tenangkan airmu
cobalah jinakan gelombangmu
dan biarkan aku merengkuhmu
walaupun hanya
dalam dekapan yang tak nyata
( Sekayu, 2009 ) Herdoni Syafriansyah
MENDAKI LANGIT
Hitam langit senja gerimis
pekat dan menyesakkan
dalam bayang tak berbentuk
kutelan pahitnya udara ini
aku merapuh tak berujar
aku meraba ini otakku
mengapa ia begitu kusut
perlahan warna pun mengerdip
warna pun perlahan meredup
semakin redup
semakin samar olehku
aku tak mau kau mendekapku
maka akhiri… lepaskan aku
ku tak ingin mati terjamah olehmu
maka lepaslah biar kupergi
biarku titih jutaan buih dan
biarkan aku mendaki tubir langit
akan kulukis indah senja ini
hilangkan pekat dalam sesaknya
bila nanti
( Sekayu, 2009 )
Herdoni Syafriansyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayolah.. tak perlu sungkan untuk berkomentar. Saya terbuka pada kritik, saran, pun bahkan sekedar hinaan. Salam...