Sabtu, 17 September 2011

Sajak, Januari - Februari 2011

Solilokui Malam 2011
: dv

hay dear…
malam ini bintang jatuh melukis wajahmu
gelasgelas yang basah, musik yang ingarbingar,
sedap asap ayam bakar, renyah tawa gadisgadis,
malam yang terlihat ramai. namun di sini
pada pertengahan malam ini
hatiku tetap kurasa kosong

jauh dari sosok gadis yang tidur di hatiku

aral duri dalam melangkah, aral cobaan dalam cinta
pertanyaan tentang sebuah kisah yang telah kita pautkan
seulas senyummu, malam yang gelap, sepotong kilas tatap matamu
apakah semua ini akan utuh?

saat aku menemukanmu
saat kau menemuiku
saat aku memilih kamu
saat kau memilih aku
saat kemudian kugenggam tanganmu
saat kemudian kaugenggam tanganku
saatsaat kita bersama

aku dapat mencintaimu, namun semakin pincang berjalan
sepotong kenangan ketika kita selalu jauh
pada malam yang dingin, cinta yang telah kuserahkan padamu
berapa lama lagi akan bertahan?

Sekayu – ( 03.04 ) 1 – 1 – 2011)


GETARAN ITU MEMBEKU

sepotong kisah yang kupenggal di dadaku
memikirkan kamu yang masih tinggal di jantungku
perlahan kopi pun telah membeku

terpejam kumeraba hamparan ruang
udara yang terserak, udara diam yang membunuhku
aku belum ingin mati, aku belum ingin mati
kubutuh dirimu untuk memberi

dapat kutangkap wangi rambutmu
wangi tubuhmu yang membisu
kutelan jauh ke dalam napasku
sebuah ruang yang jauh nun dalam
aku merasakan ketenangan di sini
namun ternyata seseorang menikamku

kudapati dada ini terbelah
jantung ini basah hitam bergetar
dirimu manis sedang tertidur
aku tersenyum menatap parasmu

basah
jantungku di atas meja
darah yang merembes merah pekat dan
dirimu tibatiba lenyap

aku ngeri dan perih
aku takut dan redup
langit perlahan meredup
bayangmu perlahan memudar
getaran itu membeku

(Sekayu- 1 – 1 – 11)


Perindu

lihat sungai bersayap pelangi dan kibasan perak di buih musi
berkeretap menangkap senja pada
perhiasan semesta yang nyata

sampan yang tertambat adalah aku
silir yang bergulir membawa rindu
dingin yang mendidih: kutanak sebagai penawar luka yang terlupa

atived… ceritakan padaku
tentang sepotong ayat jurnal
yang tak kumengerti
padamu


(Sekayu – Februari 2011)


Sungai Musi

seperti waktu yang terus membawamu menambah usia
dan mengasuhmu menuju ragam peradaban serta serupa senja
yang akan kembali kala esok dalam waktu yang meluruh
dan kau balas dengan gemuruh

kilaumu anggun menari berkelok dari kepala pagi
berpias pendar surya yang berkeretap di ari air
terus mengalir menembus sumsum peradaban jaman

berangkat dari kepahiang airmu mengalir memecah bulir
terpecahbelah menjadi delapan tangantangan remaja
yang sebagian renyah manis menyentuh sawah
menyelam kepada tanah mengirim senyum kepada
pepohonan yang semoga tak akan lekas punah

(Sekayu – Februari 2011)


TERHEMPAS

cinta meruntuhkan sayapnya
ia menyayatnyayat dengan belati
darah menetesnetes
darah merembesrembes
cinta tak lagi mau pergi
bayu kemurkaan mengempas
ringkih raganya

cinta bercermin pada langit malam
menjantang telaga kilau dipukau langit
dan batara suralaya memulai dongeng
: ‘’’anima naputu namucika motama…
hyang batari memulai tembang
: ‘’’ana mucika, ana motanama

awal lalu cinta selalu ceria
matanya kilau cerlang menyala
ekornya lapang mengibasngibas
gaib hanyut kemana hati ia mau

jauh di sana kura-kura berjalan sangat pelan
jauh di sana angin terlalu cepat memutar haluan
kini di dekatnya bencana datang menggedok pintu
ketukan yang datar

Tuk... Tuk... Tuk…

tamu ini terlalu cepat, yang terhempas
dan dongeng telah berubah haluan
dan tembang pun berputar haluan

mimpinya kini telah mati
cinta meruntuhkan sayapnya
cinta tidak lagi mau punya sayap
ia menyayatnyayatnya dengan belati
darahnya menetes
darahnya merembes


(Sekayu, 1 - 2 - 2011 )
Herdoni Syafriansyah

-
Herdoni Syafriansyah lahir di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, 7 Oktober 1991.
Ia adalah seorang muda pecinta sastra, penikmat kopi, dan penyuka pindang patin.

2 komentar:

  1. wah, puisinya bagus sekali. diksi nya pas, dan pas banget dijadikan puisi cinta, cieeh...

    kunjungan balik

    BalasHapus
  2. :) Tepat sekali sobat. Mungkin, karena pengaruh usai saya yang memang masih belum matang... sehingga tulisan-tulisan saya pun masih belum bisa terlepas dari persoalan cinta.
    Ok!! Akan saya kunjungi balik. Thanks kunjungannya ya.
    Salam Kemilau.

    BalasHapus

Ayolah.. tak perlu sungkan untuk berkomentar. Saya terbuka pada kritik, saran, pun bahkan sekedar hinaan. Salam...